Hi, all

Hi, all,,
welcome to my blog!
Here's some writings i have,,just read it if u want
don't forget to give comments
:)

Wednesday, January 26, 2011

Crop Circle Telah Lama Menunjukkan Skenario Masa Depan

Pada postingan saya sebelumnya, sebanyak lima crop circle telah dipaparkan, yang mana kelima crop circle tersebut ternyata saling berkaitan erat dan membentuk sebuah rangkaian yang mengarah pada “Skenario 2012”.

Di bagian yang kedua ini kita coba membahas sebuah crop circle yang pernah muncul di Avebury Manor pada 15 Juli 2008. Dalam crop circle tersebut kita akan mendapatkan beberapa penjelasan yang lebih terang mengenai “Skenario 2012”.

Coba perhatikan gambar berikut!



Dalam gambar tersebut, sangatlah jelas bahwa crop circle begitu sempurna mengukir sebuah sistem orbit planetaria kita.

Di situ terlihat ada 9 lingkaran kecil yang mengelilingi satu lingkaran besar. Kita ibaratkan saja kalau lingkaran besar itu adalah Matahari, dan kesembilan lingkaran adalah planet-planet, Merkuri, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.

Tapi apa yang ganjil di sini....?



Coba perhatikan garis orbit dari masing-masing planet. Seolah-olah 'si pembuat crop circle' ini ingin membagi lintasan orbital planet ke dalam dua kelompok.
Kelompok yang pertama dicirikan dengan lintasan yang tipis, dan kelompok kedua dicirikan dengan lintasan yang tebal.

Apa maksud semua itu?

Sekarang mari kita perhatikan lagi, kelompok yang memiliki lintasan tipis adalah planet Merkuri, Venus, Bumi, Mars, dan Pluto. Sedangkan yang memiliki lintasan yang tebal adalah planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
(lihat gambar)

Apa lagi yang ganjil?



Coba lihat lintasan orbit mana yang nampak berbeda dengan yang lain. Ya tepat sekali,
PLUTO !

Disitu begitu jelas bahwa orbit Pluto telah melenceng atau mungkin telah dipengaruhi oleh suatu gravitasi tak dikenal yang berasal dari luar tata surya atau dari suatu benda yang melintas. Tapi benda apakah yang melintas, planet lainkah, atau komet?
(disini para ilmuwan atau peneliti masih bertanya)

Sudah jelas pesan yang terkandung dalam ukiran crop circle tersebut. Bahwasanya 'si pembuat crop circle' ingin mengatakan kepada kita, “inilah sistem tata surya kita setelah melewati tanggal 21 Desember 2012” atau lebih tepatnya sekitar 23-24 Desember 2012. Setelah peristiwa kesejajaran itu berlangsung.

Sayangnya beberapa peneliti kembali mengalami titik buntu.

Akan tetapi, hal itu tidaklah berlangsung begitu lama.

Masih ingat dengan crop circle yang bisa berubah bentuk keesokkan harinya? Pasti donk..
Nah, crop circle Avebury Manor tersebut selang sekitar 7 hari dari kemunculannya atau lebih tepatnya pada tanggal 22 Juli mengalami perubahan.
Sekarang bandingkan gambar di bawah ini dengan gambar yang pertama.



Di gambar yang kedua terlihat begitu banyak sekali ukiran-ukiran tambahan yang diciptakan kembali oleh para 'si pembuat crop circle', seolah mereka ingin memberikan data tambahan untuk kita agar kita tidak mengalami kebuntuan.
Dan apa yang ada di dalamnya mengungkapkan segala sesuatu yang sudah sangat pasti perlu kita ketahui.



Tapi ada sesuatu bentuk yang berubah disini, cobalah perhatikan lintasan planet Merkuri dan Venus yang ternyata menghilang.

Lalu apa yang terjadi dengan planet Merkuri dan Venus?

Di situ digambarkan bahwa massa Matahari mengalami perluasan, hal ini mengindikasikan perubahan geologi besar dari gerakan di dalam sistem tata surya kita.
Dikarenakan massa Matahari makin meluas sehingga tak bisa dihindari lagi telah menelan planet Merkuri dan Venus sampai habis terbakar.

Kini, yang mendapat dampaknya adalah planet kita, Bumi. Dengan menghilangnya Merkuri dan Venus, maka posisi Bumi berada pada titik yang penuh bahaya yaitu paling dekat dengan Matahari.

Tidak perlu menjadi jenius untuk mengetahui apa yang terjadi dengan keseimbangan Bumi yang berada pada tarikan gravitasi dekat dengan Matahari.
Tentunya akan berpengaruh besar terhadap kutub magnetik Bumi dan keadaan geologi.

(tarik napas dulu ahhh... tegang ya..)
Menurut para peneliti, setelah melakukan analisis singkat, jelaslah bahwa susunan crop circle yang kedua ternyata tidak menggambarkan keadaan sistem tata surya kita pada 23 atau 24 Desember 2012. Melainkan sebelum tanggal 21 Desember 2012.

Jarak selang waktu yang 'mereka' berikan untuk perubahan data yaitu selama 7 hari, seolah memberitahu kita bahwa 7 hari sebelum atau lebih tepatnya sekitar tanggal 13 Desember 2012 itulah yang dimaksud oleh mereka. Dan ternyata hal ini berkaitan erat lagi dengan ramalan bangsa Maya mengenai kalender hitung panjangnya.

Tak dielakkan lagi tanggal 13 Desember 2012 adalah titik segala sesuatunya menjadi jelas.
Sekarang perhatikan gambar kembali.



Pertanyaan semula, kenapa orbit planet Pluto berbeda sendiri kini terjawabkan. Di ujung sebelah kiri nampak jelas sebuah objek tak dikenal yang besar dan memiliki gravitasi kuat sedang mempengaruhi orbit Pluto. Planetkah itu? atau komet? ? Mungkinkah itu yang disebut dengan planet X ?

Sementara mengenai garis lintasan yang dibagi menjadi 2 kelompok, tebal dan tipis, mungkin memberitahu kepada kita bahwa yang memiliki lintasan tipis adalah planet-planet yang akan secara besar-besaran menerima pengaruh dari kejadian tersebut.

Sekarang kita amati sisi yang berseberangan dengan planet X. Di situ nampak sebuah ukiran yang menyerupai bentuk sebuah komet. Jadi jelas sudah hal ini menunjukan kesejajaran yang sedang berlangsung.

Lalu gambar apakah yang berada di luar tata surya tersebut?

Ada lingkaran yang besar berada di luar orbit planetaria. Lingkaran apa itu?
Menurut seorang peneliti, Harold Stryderight, mengungkapkan analisisnya, bahwa lingkaran yang besar itu adalah gambaran pandangan yang luas tentang orbit bulan kita. Karena terdapat kesamaan simbol yaitu lingkaran dengan titik di dalamnya.
(lihat gambar)



Lingkaran besar adalah gerakan bulan sepanjang tahun. Pandangan perluasan orbit bulan. Ada sebuah lingkaran yang lebih kecil dengan 11 cincin dan sebuah titik yang menjadi pusat perhatian adalah nomor 12. Seolah mengatakan kepada kita bahwa mereka mengacu pada bulan ke12 pergerakan bulan mengelilingi Bumi.





Sementara itu simbol yang lebih kecil dari kanan ke kiri adalah:
- Milky Way dengan galaksi digambarkan bentuk pesawat,
- Snake yang melambangkan Nexus atau Superwave (pembawa mutasi DNA Designer Program akhir - hanya satu yang dikenal di alam semesta kita) dan gambaran jelas menunjukkan bahwa ular ini datang dari pusat galaksi,
- Bekicot dalam tradisi Maya kuno adalah simbol penghentian Kehidupan fisik dan juga penutupan dari sebuah siklus, suatu ukuran yang dilengkapi. . . integrasi akhir.
- Spiral mewakili "kehidupan-kematian-kelahiran kembali" siklus Matahari. Pada akhir Minggu Kelima bintang kita akan memperluas dan akan tetap dalam keadaan itu sampai 28 Maret 2013 ketika akan mendapatkan nominal massa dan Matahari baru akan lahir (lahir kembali) - The Sixth Sun (Matahari keenam).
- Simbol lainnya jelas menggambarkan bulan baru, dan konstelasi bintang Ophiuchus yang berada di tempat yang tepat (dekat dengan bulan) pada bulan Desember 2012.


Lumayan jelas kan?

Meskipun beberapa bentuk lebih kecil yang lain masih merupakan misteri. Namun saya rasa crop circle ini sudah cukup menceritakan apa yang akan terjadi.

Efek apa yang akan terjadi pada sistem tata surya kita dan pada bentuk kehidupan yang ada di muka Bumi ini.

Ternyata sudah lama “Skenario 2012” ini mereka sampaikan kepada kita lewat ukiran crop circle.

Lalu siapa mereka?
Tak ada yang tahu.
Mereka hanyalah 'si pembuat crop circle' yang misterius, jenius, dan sanggup menorehkan sebuah mahakarya yang begitu bagus.

Penelusuran Makna Crop Circle di Stonehenge Inggris 9 Mei 2010

Kemunculan Crop Circle sepertinya memiliki arti dan makna yang harus kita pahami. Sebab tidak mungkin kemunculan crop circle hanyalah sebuah ke-isengan belaka dari sang 'creator'. Pastinya ada pesan tersembunyi dibalik setiap kemunculan crop circle. Berikut ini penafsiran dari Crop Circle yang muncul pada 09 Mei 2010 di Stonehenge, Inggris.



Crop Circle

Crop circle adalah suatu bentuk lingkaran dan bentuk bentuk lain seperti geometri (dan kebanyakan berukuran besar/luas ), bahkan ada juga yang yang biasa ditemui membentuk citra mahkluk hidup seperti kalajengking, bunga matahari, Lebah,.diladang pertanian khususunya ladang gandum.

 Pola-pola aneh yang tercipta, kemunculannya sangat misterius dan meninggalkan tanda tanya bagi kita., seolah-olah memberi pesan dan pertanda yang sengaja di'ciptakan' oleh sang creator yang sampai saat ini masih belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana pembuatan crop circle. 

Fenomena ini biasanya muncul di musim panas saat ladang pertanian ditumbuhi dengan tanaman.. Bentuk geometri itu kadang berupa lingkaran-lingkaran atau bisa juga berbentuk rangkaian gambar yang unik, yang menunjukkan bahwa pembuatnya adalah makhluk yang cerdas.


Di Inggris, Canada, Amerika, Australia dan Jepang, banyak ditemukan fenomena crop circle ini.


Crop Circle 2010
Banyak orang yang menantikan kemunculannya di tahun 2010 ini. Kemunculan perdananya di musim ini di beritakan muncul di Inter Milan, akan tetapi sayangnya tidak ada foto-fotonya  yang didapatkan.

Kemudian muncul lagi, kali ini di Old Sarum, Nr Salisbury, Wiltshire, Inggris. pada tanggal 05 Mei 2010.

Saya yakin anda pasti sudah membaca beritanya, yang belum, bisa mengeceknya kembali di
 SINI dan di SINI . 
Selang beberapa hari kemudian, pada 09 Mei 2010, masih di Inggris, crop circle kembali muncul di kawasan Stonehenge, Nr Amesbury, Wiltshire. 


 Crop Circle 09 Mei 2010, di Stonehenge


Kemunculan crop circle seringkali berkaitan dengan sesuatu hal dan pertanda, entah dari segi astronomi, budaya dan sebagainya.

Kali ini saya mencoba membahas tentang crop circle yang muncul di Stonehenge.

Tahukah anda bahwa crop circle  di stonehenge ini ternyata menunjukkan mosi / pergerakan tahunan Bulan, Bumi dan Matahari.. ?



  
 Pergerakan tahunan bulan, bumi dan matahari dalam pola crop circle, stonehenge.


Hal ini begitu masuk akal, karena pada awalnya Stonehenge dibangun sebagai observatorium bulan-matahari sekitar 3.000-2.000 SM ( anda bisa lihat di sini :  Sun-Moon-Stonehenge-Culture-Ancient ,  /Uriels-Machine-Uncovering-Stonehenge-Civilization ). 

Dua "kurva spiral" dalam pola crop circle di sebelah kiri atau kanan, juga bisa berarti "dua kali  dalam enam bulan bulan".Tujuh rincian penting dalam  penafsiran astronomis


  1. Central atau pusat "basket weave" sepertinya  dimaksudkan untuk melambangkan "Matahari".
  2. Sebuah cincin besar  melambangkan "orbit Bumi", yang arah rotasinya  ditandai dengan dua -set atau tiga bola kecil.
  3. Dua cincin luar kecil di kiri atau kanan berikutnya  melambangkan orbit "lunar", dalam dua bagian yang sama dari tahun (baik musim dingin atau musim panas).
  4. Enam kurva spiral dalam setiap bagian luar  melambangkan "enam bulan lunar", untuk memberikan bulan 12 bulan dalam setahun total lunar lengkap 12 x 29,5 = 354 hari.
  5. Semua kurva spiral sejajar dalam arti yang berlawanan dengan arah yang ditunjukkan oleh salah satu set tiga bola kecil (untuk orbit Bumi), karena Bulan kita tampaknya bergerak dari barat ke timur di langit dalam setiap fase siklus bulanan yang relatif.
  6. Dalam setiap enam bulan sekalli , orbit Bulan kita bisa "cross over" dengan (pusat /central "basket weave") Matahari, sehingga menciptakan eclipses /gerhana, baik matahari atau bulan.
  7. Sebuah titik kecil di sebelah kanan menunjukkan "satu bulan lunar" antara 9 Mei pada saat pola crop circle ini muncul  dan untuk titik balik matahari musim panas berikutnya 20 Juni. 

Ini crop circle yang sebelumnya  muncul di Stonehenge atau Chiseldon , empat belas tahun yang lalu pada tahun 1996 yang  berhubungan dengan crop circle 2010.



Sebuah crop circle yang muncul di siang hari di Stonehenge pada tanggal 4 Juli 1996 telah ditafsirkan sebelumnya sebagai tahapan bulanan 'Bulan'. 

Pada pola crop circle 1996, menunjukkan salah satu dari dua belas "kurva spiral" yang hanya muncul di Stonehenge pada tahun 2010, kecuali dalam detail halus yang begitu banyak.



Ada sebuah "Bulan baru" naik di sebelah barat, kemudian bergerak perlahan di langit selama 15 hari sampai menjadi Bulan "penuh" di sebelah timur. Ukuran setiap bola "lunar" menceritakan bagaimana Bulan dapat menjadi terang dalam  15 hari.

Dasar dari astronomi yang lebih jelas mengenai pergerakan mengenai bulan  :


Crop Circle yang muncul di Chiseldon, 2 Agustus 1996


Crop Circle 2010  Berhubungan Dengan Crop Circle 2008 & 2009 Menunjukkan Hubungan Pergerakan BulanBumi dan Matahari.




Penafsiran Crop Circle 9 Mei 2010 :

- Garis yang mewakili hari

- Lingkaran kecil  merupakan lingkaran minggu

- Lingkaran Besar dan di luar lingkaran kecil mewakili tahun

Dan pola keseluruhan sepertinya melambangkan sebuah hitungan Mundur,,,

Jika kita hubungkan, 
2 Tahun, 3 minggu dan 6 hari dari 9 Mei 2010 kita bisa menemukan  sebuah prediksi yaitu 6 Juni  2012  :Diperkirakan itu adalah saat Venus  melewati bumi dan matahari. 
Sebuah fenomena astronomi yang langka.. ^^


sumber :
( cropcirclesecrets.org ,cropcircleconnector )


(hawkson)

Pembuat Crop Circle 'suka' Simbol Prasejarah?

Akhir-akhir ini dunia sedang dihebohkan oleh sebuah fenomena alam yang aneh tapi indah yang disebut sebagai crop circle (lingkaran tanaman). Dikatakan lingkaran, karena bentuk awalnya memanglah sebuah lingkaran. Namun, seiring waktu berlalu, semakin banyak crop circle ditemukan di berbagai belahan dunia, yang bentuknya sangat unik dan bervariasi.

Ada sebuah crop circle yang bentuknya sangat mirip dengan penutup kepala yang sering dipakai Suku Maya. Crop circle ini muncul di Silbury Hill dengan diameter mencapai 105 meter. Fenomena aneh ini ditemukan pada tanggal 7 Juli 2009 lalu.


Selain memunculkan motif penutup kepala Suku Maya, crop circle lain juga memunculkan lambang pusat galaksi yang pernah dibuat oleh Suku Maya.


Sebenarnya, apa hubungan antara Suku Maya yang konon diketahui memiliki sistem penanggalan canggih dan dapat bepergian ke luar angkasa? Misteri ini ditambah lagi karena sebenarnya Suku Maya hilang dari muka bumi begitu saja. Tidak ada tanda-tanda penyebab hilangnya mereka. Pertanda apa ini semua?

Kebenaran Itu Tersembunyi di Balik Langit

andai ada sebuah cahaya mahadahsyat, yang dapat membuat jagat raya terang benderang, mungkin kita akan tahu, apa yang sebenarnya berada di balik langit


Itulah kata-kata yang dulu pernah kutuliskan. Ketika malam tiba, dan angin menusukku hebat, sering aku berbaring di bawah langit, mengamati bintang-bintangnya dengan pandangan mata yang kabur. Kucoba memahami mereka, mungkin ada sesuatu yang ingin mereka ceritakan pada manusia dari sana. Sayang manusia tak mendengar, sayang bahasanya tak sama.

Langit adalah kitab kehidupan, bahkan telah diciptakan sebelum manusia diciptakan



Benarkah? Mungkin saja. Jika benar begitu, langit pasti menyimpan banyak cerita kehidupan. Langit pasti tahu sebagian besar cerita di bumi dan di luarnya. Langit adalah dinding pembatas. Di suatu bagiannya tersimpan kisah kehidupan di bumi, dan di bagian lainnya terdapat cerita tentang kehidupan lain--kehidupan alam semesta.

Apa yang dulu pernah dikatakan Lucretius dalam puisi-puisinya tentang alam semesta? Begitu menakjubkan. Ini semua adalah misteri, sebuah persoalan antara kenyataan dan ilusi, antara sebuah relativitas dan paradoks. Sulit dibedakan, sulit ditebak. Mengundang begitu banyak tanda tanya, menimbulkan begitu banyak pemikiran, dan pada akhirnya semua menjadi sangat rumit karena semua orang berpikir dengan caranya masing-masing.

Tuhan, aku ingin merenung, kembali merenung. Apa yang Kau ciptakan di balik sana? Di dunia yang kami belum pernah lihat? Adakah mereka benar-benar nyata? Siapa mereka? Mahluk seperti kami kah? Atau beda lagi?

Ingin kupelajari ayat-ayat-Mu ini.
Tuhan, aku ingin merenung karena ada kisah di balik langit
Ada cerita di balik langit
dan mungkin, kebenaran itu tersembunyi di balik langit

Tuesday, January 25, 2011

Biarkan Ini Berlalu

Kuceritakan semuanya pada hamparan ilalang yang mengering. Kuceritakan semuanya, disaksikan matahari, angin, dan serbuk-serbuk sari yang beterbangan di sekelilingku. Kupu-kupu tak tampak, kumbang tak berdengung, sementara matahari membuat angin tak bergerak. Walau bergerak, udara yang kuhirup terasa panas, membuat paru-paruku sesak. AKu ingin menangis ketika membuka kembali cerita ini. Wahai ilalang saksi ceritaku,kuberikan cerita ini padamu. Terserah, apakah ini akan kausimpan pada pengelana yang lewat atau nanti kau buang bersama bunga-bungamu yang beterbangan.

Aku terperangkap dalam sebuah kabut yang kelam, sebuah kabut yang tak berkesudahan. Ujung-ujungnya dipenuhi jurang, membuatku tak dapat berpaling ke mana-mana. Aku terdiam saja di sini, di hutan rimba penuh kegelapan. Matahari tak pernah peduli padaku. Di sini aku kegelapan, kulitku pucat, dan bahkan kini mataku takut melihat cahaya. Bintang yang membuat malam menjadi indah pun tak tampak, apalagi rembulan. Yang ada hanyalah kegelapan, aku, dan angin yang membuat tubuhku menggigil.

Di sini, aku berada dalam penantian panjang. Kutunggu secercah cahaya datang, menghampiriku, membawakanku sebuah selimut hangat untuk tubuhku yang ringkih dan kedinginan. Namun, semakin lama aku berharap, semakin lama aku berada di sini. Cahaya tak kunjung datang, gelap semakin pekat. Adakah aku ini mahluk terkutuk yang sudah tak dapat lagi merasakan keindahan dunia? Mengapa duniaku hanya terpaut di sini saja, sementara kalian di sana bersenang-senang dalam warna-warni cahaya?

Adakah aku bersalah atas sesuatu, sesuatu yang membuatku terperangkap di sini? Wahai ilalang saksi ceritaku, mungkin ini bukanlah suatu kesalahan. Aku manusia, dan aku pun berhak mengenal sesuatu bernama cinta. Namun cinta kali ini sangat menyakitkan. Awalnya dia mengajakku menari di rerumputan, dengan kupu-kupu dan aneka bunga liar penghias alam. Aku tersenyum, tertawa, dan menari bersamanya. Matahari bersinar lembut dan angin membelai rambutku pelan-pelan. Senyumnya membawaku melayang, melayang melintasi angkasa, melayang tak tentu arah. Tak ada keindahan seperti itu yang pernah kurasakan sebelumnya. Kau tau? Aku ketagihan. Setiap jengkal perjalananku, kuingat namanya. Setiap bait puisi yang kulantunkan adalah persembahan untuknya. Setiap kata yang keluar dari mulutku adalah pujian untuknya. Semuanya terasa indah, begitu indah. Bahkan, ketika mendengar namanya saja, dadaku bergetar. Wahai ilalang saksi ceritaku, itulah aku yang masih bersinar cerah bak bintang timur ketika cinta menghampiriku.

Namun, sejenak keindahan hilang, sedetik saja, ketika sebuah pikiran merasuki kalbuku. "Adakah dia untukku? Atau aku saja untuknya?" Sejenak setan merasukiku, menghipnotis lewat aliran darahku, sehingga tiap butir darah yang keluar adalah darah kebencian, darah kemunafikan. Seketika seperti ada api yang amat dahsyat. Padang rumput yang semula teduh tempat aku bermain-main bukan terbakar, tapi hangus dan hanya menyisakan tanah hitam. Matahari yang bersinar redup mulai ditutupi awan tebal, tak tampak walau sedikit saja sinarnya. Semuanya mati, semuanya lenyap, bahkan angin pun terdiam.

Aku sadar aku mencintainya, namun cintanya tak berbalas untukku. Di mana aku yang dulu? Kemarin sering kukatakan, bahwa cinta ini tak mesti dibalas, bahkan tak mesti diketahui. Namun kini, mengapa ada rasa aku ingin memilikinya? Mengapa kini ada sebuah keharusan membalas cinta? Inilah yang mengutukku. Pembalasan cinta darinya sangat menyakitkan. Mengapa dia yang selama ini menerima dengan hangat seluruh cintaku, berpaling pada bunga lain yang tak sepantasnya? Rasa gengsiku memuncak dalam jantung, membuat detakannya tak lagi stabil, setiap saat dipercepat, dan aku mendekati kematian...

Dia yang begitu aku cinta, sudah tak kenal lagi denganku. Adakah sedikit saja hatinya untukku? Atau seluruh cinta yang kuberikan telah direbut olehnya?

Kutukan inilah, yang membuatku terperangkap di tempat ini. Sering kuberharap, ini akan berlalu. Biarkanlah ini berlalu, karena aku sudah tak sanggup lagi mengingatnya.

Kuceritakan semua ini padamu ilalang, saksi ceritaku. Terserah, apakah akan kau ceritakan pada pengelana yang lewat, atau kau buang bersama bunga-bungamu yang beterbangan.

Saturday, January 22, 2011

Teknik Fisika, Sebuah Etos Kerja?

atkala Prof. Beijerinck, pensiun sebagai guru besar fisika di Universitas Utrecht dan guru besar Teknik Fisika di Technische Universiteit Eindhoven (TUE), tahun 1991, ia menyampaikan sebuah pidato perpisahan yang diberi judul "Teknik Fisika: Fiksi Ataukah Sebuah Bidang Kajian Tersendiri?"
Prof. Beijerinck adalah seorang fisikawan dari jurusan Fisika (murni) yang diminta untuk bergabung dan mengembangkan jurusan Teknik Fisika di TUE. Judul dari pidato perpisahannya merupakan ringkasan dari dua puluh tahun lebih mengembangkan jurusan TF-TUE. Pidato itu dikembangkan dari upaya untuk menjawab apa sesungguhnya makna kata "teknik" dalam kata "teknik fisika" yang membedakannya dengan "fisika" (saja).
Apakah kata "teknik" hanya menunjukkan bahwa bidang ini hanya diajarkan di universitas teknik? Pertanyaan ini penting untuk dikaji, karena di Belanda, bidang TF (Technische Natuurkunde) awalnya hanya diajarkan di universitas teknik (Technische Universiteit) baik di Delft, Eindhoven maupun Twente. Di universitas lain, seperti di Universitas Utrecht tempat asal Prof. Beijerinck, tidak ada jurusan TF. Yang ada adalah jurusan Fisika. Ataukah karena bidang penelitian TF lebih bersifat empirik dan aplikatif, dibandingkan dengan bidang penelitian fisika "murni" yang lebih bersifat ilmu murni dan fundamental? Ataukan kata "teknik" ini mencirikan suatu bidang penelitian saja, bukan bidang pengajaran, ataukah sebaliknya?
Ketika diminta datang ke TUE untuk mengembangkan jurusan TF di awal tahun 70-an, ia menyimpulkan bahwa TF adalah sebuah bidang kajian tersendiri, yang sama sekali terpisah dari fisika. Beberapa tahun berselang, setelah mendalami bidang-bidang penelitian yang ada di TF, ia malah mempertanyakan, jangan-jangan TF hanyalah sebuah fiksi, khayalan belaka, padahal isinya persis sama dengan fisika (murni).
Prof. Beijerinck melakukan perbandingan di bidang pengajaran antara TF-TUE dan jurusan Fisika (murni) di Universitas Utrecht. Ia tidak menemukan perbedaan antara keduanya dalam kurikulum di dua tahun pertama. Kesimpulannya, kata "teknik" itu bukanlah ciri khas bidang pengajaran. Kemudian bidang penelitian pun dibandingkan. Kesimpulan yang sama tetap muncul, bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara bidang penelitian yang digarap oleh TF dengan bidang penelitian yang digarap oleh jurusan fisika pada umumnya.
Di akhir karirnya sebagai profesor ia menyimpulkan, teknik fisika bukanlah tentang apa, tetapi tentang bagaimana: sebuah kultur kerja (bedrijfcultuur). Bagaimana seorang fisikawan melakukan penelitiannya. Teknik fisika bukanlah sebuah fiksi, tetapi juga bukan sebuah bidang kajian yang tersendiri. "Dengan mata yang selalu terbuka mencari aplikasi di industri. Tidak takut sekalipun harus mengembangkan infrastruktur pendukung, adanya dukungan teknis dalam suatu hubungan horisontal, kerja sama yang hidup dengan disiplin ilmu yang lain seperti informatika dan juga fisika teoretik, itulah pra-syarat yang akan mengubah seorang fisikawan menjadi ahli teknik fisika." katanya.
Ada dua hal yang menjadi konsekuensi dari apa yang disimpulkannya. Pertama, teknik fisika selalu memerlukan bidang "lain" untuk ber-ko-eksistensi. Kedua, seorang ahli teknik fisika hanya bisa lahir dalam upaya menerapkan kaidah-kaidah fisika di bidang yang lain itu.

Ada beberapa perbedaan penting antara TF-ITB dan TF di Belanda pada umumnya, yang perlu dikemukakan untuk memahami kesimpulan di atas. TF di Belanda bukanlah "jurusan", tetapi fakultas yang dipimpin oleh seorang dekan. Jadi bukannya Jurusan TF seperti di ITB, tetapi Fakultas TF. Selain itu di universitas yang memiliki Fakultas TF tidak ada Fakultas Fisika (murni). Bidang-bidang fisika murni, termasuk fisika teoretik, juga dipelajari dan diteliti di TF-TUE. Ini berbeda dengan di ITB yang memiliki jurusan TF dan Fisika. TF-ITB tidak memiliki bidang kajian fisika teoretik.
Lepas dari perbedaan antara kondisi di Indonesia dan di Belanda, kita akan selalu tergoda untuk bertanya, apakah perbedaan antara jurusan TF dan jurusan Fisika di ITB? Apakah makna kata "teknik" yang membedakan keduanya itu? Pertanyaan ini ada baiknya kita tunda jawabannya. Dalam tahap ini, kami ingin mengajak pembaca untuk melihat bagaimanakah TF-ITB yang ada sekarang ini.
Di bidang pengajaran, TF-ITB mempunyai misi untuk menghasilkan insinyur yang: mampu merancang, menganalisa, dan mengoperasikan peralatan dan sistem yang melibatkan lebih dari satu fenomena fisis. Serta siap mengembangkan diri untuk melakukan inovasi dalam teknologi dengan memanfaatkan beberapa aspek fisika. Untuk mendukung misi tersebut TF-ITB membagi spesialiasi dalam beberapa fokus penelitian yang didukung staf yang mempunyai minat dan spesialisasi dibidang tertentu. Antara lain instrumentasi untuk aplikasi industri, optik, medik yang dilengkapi dengan keahlihan kontrol otomatik, baik dari sisi teoritis maupun terapannya.
Di bidang Fisika Bangunan, TF-ITB menekuni penelitian untuk ilmu akustik, lighting, termasuk rekayasa termal dalam suatu bangunan dan juga tentang konservasi energi dalam bangunan. Untuk riset dibidang material, mempunyai beberapa staf dengan minat dan spesialisasi pada pada material magnetik, semikonduktor dan fine keramik, dan juga teknik lapisan tipis dan tentang simulasi dinamik molekuler.
Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan dan riset yang mendukung misi dari TF-ITB, mulai tahun 1999, Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan biaya dari Bank Dunia memberikan QUE-GRANT kepada TF-ITB, dengan salah satu target masa depan TF-ITB menjadi "World Class Education".

Di mana sajakah alumninya berkiprah?
Secara "tradisional", jurusan TF sangat diasosiasikan dengan bidang "instrumentasi dan kontrol". Memang jumlah alumni yang berkiprah di bidang ini cukup signifikan jumlahnya. Tetapi tentu saja, TF agak terlalu luas untuk didefinisikan hanya dengan kata "instrumentasi dan kontrol". Ada banyak sekali bidang-bidang profesi yang digeluti oleh alumni TF. Bidang-bidangnya sangat beragam, mulai dari fisika bangunan, pencitraan (imaging), instrumentasi medik, optika, teknologi-nano, sampai ke bioteknologi. 
Ery Djunaedy

'Quantum' Penyelamat Komputer

Quantum selalu terdengar misterius. Huruf Q saja sudah misterius. Quantum sudah menjadi populer, dijadikan merk, tetapi sebetulnya tidak dimengerti. Quantum berlawanan dari fisika klasik dan semua intuisi kita. Engineering menghindari ilmu ini karena terlalu teoritis dan tidak bisa diaplikasi. Tapi ini mungkin adalah satu-satunya harapan untuk menghindari akhir dari kemajuan komputer.
Meskipun kita selalu heran melihat model komputer baru muncul setiap bulan, secara teoritis ini ada ujungnya. Komputasi masa kini - komputer konvensional - dikerjakan oleh transistor, dan kecepatannya bergantung pada ukuran transistor. Kemajuan komputer yang sampai sekarang terjadi adalah karena transistor menjadi semakin kecil. Gordon Moore, co-founder dari Intel, pada tahun 60-an berkata, jumlah transistor per inchi persegi akan berlipat dua kali setiap tahun.
Suatu hari transistor itu bisa menjadi sebesar satu atom dan Richard Feynmann, fisikawan terhebat sejak Albert Einstein, berpendapat bahwa ini adalah ukuran transistor terkecil yang mungkin. Tentunya ini keberhasilan luar bisa untuk mencapai ukuran itu, namun apakah ini betul-betul akhir dari kemajuan komputer? Tidak, dengan adanya Quantum Computer. Quantum Computer, berbeda dengan banyak istilah lain, memang memakai fenomena quantum yang tidak bisa ditiru komputer konvensional. Ini bukan pengembangan komputer biasa, melainkan konsep yang baru sama sekali.
Quantum Computer dapat memproses jauh lebih cepat daripada komputer konvensional. Pada dasarnya, quantum computer dapat memproses secara paralel, sehingga berkomputasi jauh lebih cepat. Untuk 1.000.000 data, komputer convensional perlu 500.000 perhitungan, sedangkan Quantum Computer hanya perlu 1000. Artinya, bisa 500 kali lebih cepat! Ini hanya bisa dicapai dengan teori Quantum. Quantum, berlawanan dari intuisi kita, berkata bahwa tidak ada sesuatu yang pasti. Sebuah partikel tidak bisa dikatakan pasti berada di suatu tempat, melainkan hanya probabilitas yang disebut fungsi gelombang.

Kalau kita mencoba mencari atom dengan mikroskop tercanggih pun, kita tidak akan bisa tahu persis di mana atom itu berada. Ini bukan kekurangan pada alat, ini adalah sifat alam itu sendiri yang aneh. Pada saat diamati, fungsi gelombang ini runtuh dan partikel itu menjadi nyata (karena itu, kita tidak pernah melihat sebuah fungsi gelombang). Misal sesuatu partikel hanya mungkin bisa berada dalam dua kondisi A atau B. Kalau kita amati, akan kita peroleh A atau B, bergantian. Namun selama tidak diamati, partikel itu akan berada pada A dan B bersamaan (partikel itu berada dalam superposisi dari A dan B).
Seperti seseorang bingung memilih antara ayam dan ikan di restoran, dia akan selama mungkin menahan keputusan dan melihat menu terus, berpikir, sampai saat pelayan datang dan dia akhirnya harus memesan salah satu. Tetapi sebelum pelayan (pengamat) datang, dia berada dalam superposisi dari ayam dan ikan.
Erwin Schrvdinger, penemu prinsip ketidakpastian ini, dalam eksperimen khayalan Schrvdinger's Cat, bahkan membuktikan bahwa sebelum diamati, kucing dalam eksperimennya bisa berada dalam keadaan hidup dan mati sekaligus - hidup juga dan mati juga!
Sifat yang aneh dan membingungkan ini justru diandalkan Quantum Computer. Sehebat-hebatnya komputer konvensional, dia selalu bekerja dengan bits, angka biner yang hanya bisa 1 atau 0. Quantum Computer bisa lepas dari restriksi ini, karena bisa berada dalam keadaan superposisi 1 dan 0 pada saat yang sama. Angka ini dinamai qubits (quantum bits, tentunya) yang bisa 1, bisa 0 atau bisa berada di antara 1 dan 0 - ingat, ini bukan berarti 0,6 melainkan 60% probabilitas A dan 40% probabilitas B.
Qubits yang digunakan adalah spin dari atom atau elektron. Spin yang tidak ada analogi di fisika klasik adalah sifat suatu partikel yang memiliki dua alternatif, up atau down. Kita bisa menganggap bahwa up adalah 1 dan down adalah 0. Selama tidak diamati, qubits bisa berada dalam superposisi dari up dan down, dan berinteraksi dengan qubits lain. Dua qubits bisa berada dalam empat keadaan sekaligus: 00, 10, 01 dan 11; empat qubits bisa delapan keadaan sekaligus. Sebuah quantum computer dengan 100 qubits bisa memproses 2100 keadaan bersamaan, sama seperti komputer konvensional dengan 1030 prosesor!
Apakah betul Quantum Computer ini bisa dibuat? Jawabannya, Quantum Computer sudah pernah dibuat! Tahun 2000, IBM sudah membuat quantum computer dengan 5 qubits dengan atom sebagai prosesornya.
Pertanyaanya kini, apakah quantum computer ini bisa ekonomis untuk semua orang? Dengan potensi yang luar biasa, tentunya quantum tidak hanya dilirik oleh fisika teori tapi juga oleh engineering. Suatu hari, dan mungkin tidak lama lagi, kita bisa saja melihat Quantum Computer bukan sebagai impian tapi sebagai kuliah teknik.
Aree Witoelar, Alumnus Teknik Fisika ITB, sedang menyelesaikan program Master di University of Groningen, Belanda.

Nanoteknologi, Antara Impian dan Kenyataan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara-negara maju di dunia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Kanada dan negara-negara Eropa, serta beberapa negara Asia, seperti Singapura, Cina, dan Korea tengah giat-giatnya mengembangkan suatu cabang baru teknologi yang populer disebut Nanoteknologi. Milyaran dollar dana mulai dikucurkan di negara-negara ini, di berbagai bidang penelitian. Semuanya berlomba-lomba menggunakan kata kunci Nanoteknologi. Sebenarnya apa itu nanoteknologi? Dan mengapakah begitu banyak peneliti di berbagai negara berlomba-lomba memasuki bidang yang satu ini? Seberapa luaskah ruang lingkupnya? Mengapakah baru beberapa tahun ini terjadi boom nanoteknologi?

Sesuai dengan namanya, nanoteknologi adalah teknologi pada skala nanometer, atau sepersemilyar meter. Untuk dapat membayangkan dimensi nanometer, bisa kita ambil contoh dari tubuh kita sendiri.
Sehelai rambut manusia kira-kira memiliki diameter 50 mikrometer. Satu mikrometer sendiri adalah seperseribu milimeter. Dan satu milimeter adalah ukuran satuan panjang terkecil pada penggaris tulis 30 cm yang biasa dipakai anak-anak sekolah. Dan satu nanometer adalah seperseribu mikrometer, atau kira-kira sama dengan diameter rambut kita yang telah dibelah 50.000 kali!!  Sebagai perbandingan lain, ukuran sel darah merah kita adalah sekitar 20 mikro meter, dan sel bakteri perut adalah 2 mikro meter. Protein memiliki ukuran beberapa puluh nanometer.
Dari sudut pandang ukuran atas ke bawah (top-down) seperti itu, nanoteknologi menjadi penting dalam dunia rekayasa karena manusia berusaha untuk mengintegrasikan suatu fungsi atau kerja dalam skala ukuran yang lebih kecil dan lebih kecil. Mengapa? Orang bilang, "small is beautiful (kecil itu indah)", tetapi, tentu saja mengintegrasikan suatu fungsi mesin atau perkakas dalam ukuran yang lebih kecil bukan hanya berarti memperindahnya tapi juga berarti memperkecil energi yang diperlukan per suatu fungsi kerja dan berarti pula mempercepat proses serta mempermurah biaya pekerjaan. Sebagai contoh yang mudah kita pahami adalah apa yang terjadi pada dunia komputer dan mikroprosesor. Pabrik-pabrik mikroprosesor seperti IBM, Intel dan Motorola terus berusaha mempertinggi tingkat integrasi mikroprosesornya.
Sekira sepuluh sampai lima belas tahun yang lalu, jarak antar gate (gerbang) MOS (Semikonduktor oksida logam) adalah 0,75 m, dan level integrasinya pada 5P 80386 hingga 80486 adalah sekira 100.000 sampai 1 juta transistor dalam satu chip. Tapi, pada Pentium IV, teknologi pemrosesan IC (rangkaian terintegrasi) yang dipakai telah berhasil memperkecil jarak antar gerbang menjadi hanya 0,125 m dan mencapai level integrasi hingga 100 juta transistor dalam satu keping chip.
Jarak yang lebih kecil antar gerbang berarti makin kecilnya waktu yang diperlukan untuk perjalanan suatu elektron (artinya switching rate makin cepat) dan berarti pula makin kecilnya daya yang diperlukan prosesor tersebut. Lebih dari itu, makin banyak fungsi yang bisa diintegrasikan dalam prosesor tersebut, seperti built-in multimedia, pemrosesan suara, dan lain sebagainya.

Selain itu, teknologi pemrosesan IC ini mulai digunakan pula untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi mekanik dan elektrik untuk membuat mesin, sensor atau aktuator pada ukuran milli, mikro, hingga nanometer. Struktur mikro yang mengintegrasikan fungsi mekanik dan elektrik inilah yang biasa disebut Micro Electro Mechanical System (MEMS). Sebagai contoh teknologi MEMS memungkinkan pembuatan array sensor tekanan yang berukuran demikian kecil (Gambar 1) hingga dapat ditaruh di mana saja di suatu struktur bangunan atau mesin, misalnya.
Namun, apakah nanoteknologi hanya berkutat dengan rekayasa IC dan mikroelektronika yang kemudian diterapkan pula untuk mikromekanika? Jika hanya demikian apakah perlunya terminologi ini demikian digembar-gemborkan akhir-;akhir ini?
Ternyata memang nanoteknologi yang kini tengah booming tidak hanya terkait dengan rekayasa konvensional top-down IC atau MEMS. Semuanya ini bermula dari pidato ilmiah pemenang Nobel, Richard Feynman tahun 1959, yang berjudul "There is plenty room at the bottom" (Ada banyak ruang di bawah), yang kini banyak dikutip para peminat nanoteknologi.
Saat itu Feynman mengatakan, adalah mungkin (setidaknya saat itu masih dalam impian) untuk membuat suatu mesin dalam ukuran demikian kecil, yang kemudian dapat digunakan untuk memanipulasi material pada skala ukuran tersebut. Bahkan, saat itu Feynman menyatakan pula, seandainya seorang fisikawan dibekali "mesin" yang tepat untuk memanipulasi atom dan menaruhnya pada tempat yang sesuai, maka ia secara teoritis dapat membuat senyawa atau molekul apa saja, tentu saja yang stabil energinya (stabil = level energi minimum).
Sistem seperti itu, sekalipun bukan pada level atom, setidaknya telah ada di alam, sebagaimana telah ditulis pula oleh K. Eric Drexler dalam landmark papernya tahun 1981, dan mengenalkan istilah molecular manufacturing (manufaktur molekular). Dalam karya tulisnya tersebut, Drexler memberikan beberapa contoh, betapa mesin-mesin berukuran nanometer telah ada di alam dan bagaimana mereka telah terlibat dalam penyusunan molekul dan informasi dalam sel makhluk hidup. Misalnya, ribosom yang menyusun asam amino satu demi satu berdasarkan informasi RNA, untuk memfabrikasi protein, kemudian sistem genetika (enzim-enzim DNA polymerase, RNA polymerase, dll) yang menyimpan dan mengolah informasi genetik, flagella (semacam struktur 'rambut') pada bakteria sebagai motor penggerak, dan lain sebagainya.
Kemampuan untuk memanipulasi material pada skala nanometer adalah penting, sebab pada skala ukuran inilah material mulai membentuk sifat-sifat tertentu berdasarkan strukturnya. Pada level yang lebih kecil, level atomik (skala Angstrom), sifat yang dimiliki adalah sifat dasar atom itu sendiri. Ketika atom mulai bergandeng satu sama lain dan menyusun struktur molekular tertentu, sifatnya pun akan berbeda menurut struktur tersebut. Misalnya, atom Karbon (C), yang ketika tersusun dalam struktur tetrahedron tiga dimensi akan membentuk intan yang keras, tetapi ketika tersusun dalam struktur heksagonal dua dimensi dan membentuk lapisan-lapisan, maka yang kita dapati adalah grafit (bahan baku pensil) yang rapuh.

Nanoteknologi manufaktur molekular diarahkan pada pengembangan metoda (misal berupa 'mesin' berukuran nanometer) yang dapat melakukan penyusunan atom atau molekul komponen tersebut secara teratur dan terkendali untuk membentuk struktur yang diinginkan. Model fabrikasi material bawah ke atas (bottom-up) yang berlawanan dengan teknologi top-down konvensional seperti ini akan memungkinan pengontrolan yang amat presisi sifat material yang terbentuk (misalnya bebas defek/cacat).
Selain itu mengurangi timbulnya limbah saat fabrikasi karena hanya atom/molekul yang akan dipakai saja yang dimanipulasi (berbeda dengan metode atas-bawah yang kerap menimbulkan limbah akibat adanya material yang tak terpakai), dan tentu saja kemungkinan penghematan energi yang juga berarti penghematan biaya. Sistem fotosintesis pada tanaman misalnya adalah suatu contoh sistem manufaktur molekular dengan efisiensi energi yang tinggi.
Masalahnya kemudian, bagaimanakah komponen atom atau molekul tersebut dapat disusun? Seperti juga pendekatan ribosom pada sel, Drexler mengusulkan dibuatnya "lengan-lengan" robot dan komponen mesin lainnya berukuran nano yang memungkinkan untuk melakukan proses-proses layaknya fabrikasi pada level makro: sortir material, konversi energi, penempatan material, dll.
Metode ini disebut Mekanosintesis, melakukan sintesis kimia secara mekanis. Beberapa struktur mesin ukuran nano (yang dibentuk dari beberapa ribu hingga juta atom) telah berhasil disimulasi dengan komputer, yang berarti secara matematis dan fisis mungkin untuk dibuat. Sebagai contoh adalah dinding ruang berisi bahan material dan rotor pompa yang berfungsi memilih secara selektif atom Neon (Ne) untuk siap dipakai pada proses selanjutnya (Gambar 2). 
Masalah berikutnya, seandainya struktur seperti itu memang "mungkin" (baca: stabil secara termodinamis) untuk dibuat, bagaimanakah proses untuk membuat struktur-struktur awal yang akan digunakan sebagai mesin-mesin untuk fabrikasi nano berikutnya? Dan dari manakah energi penggerak mulanya?
Beberapa alternatif telah mulai diusulkan dicoba untuk mengatasi masalah pertama. Nadrian Seeman mencoba untuk membuat struktur-struktur dasar tersebut dari molekul DNA (asam deoksiribonukleat, senyawa dasar gen) dengan mengandalkan sifat swa-rakit (self-assembly) dari DNA, yaitu Adenin berikatan dengan Thymin dan Guanin berikatan dengan Cytosin.
Dengan mensintesis DNA dengan deret tertentu, Seeman berhasil membuat bentuk-bentuk dasar kubus dan devais nanomekanik DNA. Peneliti lain di NASA Ames Research Center mensimulasi penggunaan Tabung Nano Karbon (suatu struktur atom karbon berbentuk tabung berdimensi nanometer yang disintesis dengan prinsip swa-rakit dari karbon, menggunakan katalis logam tertentu) untuk membentuk gir dan poros mesin. Struktur gir atau poros bisa dibuat dari tabung nano karbon dengan reaksi kimia tertentu untuk "menempatkan" gugus molekul kimia berbentuk roda (misal benzena) di sekeliling tabung (Gambar 3). 
Cara lain untuk menyusun komponen atom atau molekul pada tahap awal ini adalah dengan menggunakan instrumen nanoteknologi, seperti Mikroskop Gaya Atom (Atomic Force Microscope, AFM), dan Mikroskop Pemindaian Terobosan Elektron (Scanning Tunneling Microscope, STM). Prinsip dasar kedua mikroskop tersebut adalah seperti menggerakkan "tangan peraba" dalam koordinat x-y, sambil mempertahankan jarak (koordinat z) antara "tangan peraba" dengan sampel yang dipelajari (Gambar 4).
Disebut "tangan peraba" karena memang mikroskop-mikroskop ini tidak lagi memakai cahaya sebagai alat pencitraan akibat keterbatasan cahaya pada skala nanometer (adanya efek difraksi cahaya). AFM mendeteksi gaya non kovalen (non ikatan kimia, seperti gaya elektrostatik dan gaya Van der Waals) antara sampel dengan "tangan peraba", sedangkan STM mendeteksi terobosan elektron dari "tangan peraba" yang menembus sampel dan diterima suatu detektor di bawah sampel.

Mula-mula memang instrumen-instrumen ini terbatas hanya digunakan untuk keperluan karakterisasi atau 'pencitraan' sampel. Tapi, belakangan ini, mulai pula digunakan untuk memanipulasi molekul dan atom. Dengan mengubah besar arus terobosan pada STM misalnya, kita bisa mengambil atom O dan mereaksikannya dengan molekul CO untuk membentuk molekul CO2 dan semuanya ini dilakukan dengan presisi molekul tunggal. Pada reaksi kimia biasa, diperlukan cukup banyak komponen molekul yang bereaksi untuk memungkinkan, secara statistik, terjadinya "tumbukan" antar molekul tersebut.
Berkenaan dengan masalah suplai energi struktur mesin pada skala nano, Prof. Montemagno di University of California at Los Angeles telah berhasil mencoba menggunakan bio-nanomotor alami F1-ATPase untuk menggerakkan propeler yang dibuat dengan teknologi MEMS. Bernard Yurke di Bell Labs. menggunakan DNA untuk mencoba membuat nano-motor.
Alternatif lain yang mungkin adalah mengkombinasikan nanoteknologi atas-bawah MEMS dengan nanoteknologi bawah-atas. Motor elektrik dan pembangkit energi (misal baterai lapisan tipis) pada skala mikrometer dengan teknologi MEMS telah banyak dilaporkan. Berikutnya tinggal mentransmisikan gerak dari motor tersebut ke struktur "lengan" robot pada skala yang lebih kecil - nanometer.
Impian nanoteknologi untuk dapat memanipulasi bahan dengan tingkat fleksibilitas sama dengan yang telah dicapai manusia dalam memanipulasi data dengan teknologi informasi, mungkin masih terasa jauh dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Namun, dalam perkembangannya yang masih muda saat ini pun, nanoteknologi telah memberikan warna baru dalam bidang-bidang lain.
Penerapan nanoteknologi dalam bioteknologi analitis misalnya memungkinkan metode-metode baru yang jauh lebih sensitif dan stabil dibandingkan metode konvensional. Perkembangan MEMS, yang sekalipun berangkat dari teknologi konvensional IC, masih berlangsung demikian pesat, dengan adanya aplikasi-aplikasi baru dalam optik (muncul MOEMS - Micro Optical Electro Mechanical System), dalam sistem sensor terintegrasi nir-kawat, dan juga dalam aplikasi RF (Radio Frequency)-MEMS.
Pada pengembangan nanoteknologi inilah demikian terasa, betapa latar belakang ilmu dan teknologi yang multi disiplin sangat diperlukan: matematika untuk pemodelan, fisika untuk pemahaman fenomena-fenomena gaya dan energi, kimia (anorganik maupun organik) untuk pemahaman sifat material, serta biologi untuk pembelajaran sistem-sistem rekayasa pada makhluk hidup.
Selain itu kreativitas dan daya kreasi yang tinggi sangat diperlukan untuk menemukan terobosan teknik dan metoda baru, serta aplikasi yang cocok. Tentu saja keluhuran moral dan agama tetap diperlukan agar penerapan teknologi ini tidak malah merugikan keberlangsungan hidup ummat manusia. 
Dedy H.B. Wicaksono, Alumnus Teknik Fisika ITB, kandidat doktor bidang Biomimetic Sensor di Dept. Microelectronics, Technische Universiteit Delft, Belanda.

Friday, January 21, 2011

Stars


Hubble Telescope view of the exploding star Eta CarinaThe picture at left shows a Hubble Telescope view of an exploding star called Eta Carina. The gas and dust will eventually spread out to form a nebula (see Nebulae Section).
For most of recorded history the Earth was thought to be the center of the universe and never moved. The constellations were named and stories were told about them as they appeared through the seasons. Without a telescope or other aid the stars seem to be just points of light that move across the sky at night. Some wandered about which we now know are planets. Let's look at some facts about stars.
Stars can be packed so close as to be seen as Star Clouds, grouped like a ball as in Globular Clusters or rather loosely assembled in Open Clusters. Patterns are called Constellations and parts of these like the Big Dipper in Ursa Major are called Asterisms.
Stars come in different sizes. Supergiant stars range from 100 to 1000 times the diameter of the sun and giants range from 10 to 100 times the diameter of the sun. Dwarf stars can be 1000 times smaller than the sun. Click here to learn about our sun.
Stars vary in color based on their approximate surface temperature.

Color
Temperature
Example
Constellation
Blue-White
36,000° F and up
Rigel
Orion
White
20,000° F
Vega
Lyra
Yellow-white
11,000° F
Capella
Auriga
Orange
7,500° F
Arcturus
Bootes
Red
5,500° F
Antares
Scorpius

Globular Star Cluster in HerculesAn example of a globular star cluster is at right in the constellation Hercules.
There are other types of stars, too. Double Stars are two stars that look like one to the naked eye but separate in a telescope view. They may not be orbiting each other as in a true Binary Star but appear to line up that way. In an Eclipsing Binary, stars orbit in such a way as to eclipse each other as seen from Earth. Variable Stars are stars that vary in brightness by various reasons. Novas and Supernovas are exploding stars that are blowing off their outer shells.
Two examples below show the Ring Nebula, a tube of gas and dust around a nova star and the Veil Nebula showing how the Ring might look after it expands and fades into the interstellar medium.
Ring Nebula in Lyra Veil Nebula
Ring Nebula Veil Nebula

Muons

The muon (from the Greek letter mu (μ) used to represent it) is an elementary particle similar to the electron, with a negative electric charge and a spin of ½. Together with the electron, the tau, and the three neutrinos, it is classified as a lepton. It is an unstable subatomic particle with the second longest mean lifetime (2.2 µs), exceeded only by that of the free neutron (~15 minutes). Like all elementary particles, the muon has a corresponding antiparticle of opposite charge but equal mass and spin: the antimuon (also called a positive muon). Muons are denoted by μ and antimuons by μ+. Muons were previously called mu mesons, but are not classified as mesons by modern particle physicist.
Muons have a mass of 105.7 MeV/c2, which is about 200 times the mass of an electron. Since the muon's interactions are very similar to those of the electron, a muon can be thought of as a much heavier version of the electron. Due to their greater mass, muons are not as sharply accelerated when they encounter electromagnetic fields, and do not emit as much bremsstrahlung radiation. Thus muons of a given energy penetrate matter far more deeply than electrons, since the deceleration of electrons and muons is primarily due to energy loss by this mechanism. So-called "secondary muons", generated by cosmic rays hitting the atmosphere, can penetrate to the Earth's surface and into deep mines.
As with the case of the other charged leptons, the muon has an associated muon neutrino. Muon neutrinos are denoted by ν
μ
.

History

Muons were discovered by Carl D. Anderson and Seth Neddermeyer at Caltech in 1936, while studying cosmic radiation. Anderson had noticed particles that curved differently from electrons and other known particles when passed through a magnetic field. They were negatively charged but curved less sharply than electrons, but more sharply than protons, for particles of the same velocity. It was assumed that the magnitude of their negative electric charge was equal to that of the electron, and so to account for the difference in curvature, it was supposed that their mass was greater than an electron but smaller than a proton. Thus Anderson initially called the new particle a mesotron, adopting the prefix meso- from the Greek word for "mid-". Shortly thereafter, additional particles of intermediate mass were discovered, and the more general term meson was adopted to refer to any such particle. To differentiate between different types of mesons, the mesotron was in 1947 renamed the mu meson (the Greek letter μ (mu) corresponds to m).
It was soon found that the mu meson significantly differed from other mesons: for example, its decay products included a neutrino and an antineutrino, rather than just one or the other, as was observed with other mesons. Other mesons were eventually understood to be hadrons—that is, particles made of quarks—and thus subject to the residual strong force. In the quark model, a meson is composed of exactly two quarks (a quark and antiquark) unlike baryons, which are composed of three quarks. Mu mesons, however, were found to be fundamental particles (leptons) like electrons, with no quark structure. Thus, mu mesons were not mesons at all (in the new sense and use of the term meson), and so the term mu meson was abandoned, and replaced with the modern term muon.
Another particle (the pion, with which the muon was initially confused) had been predicted by theorist Hideki Yukawa:
"It seems natural to modify the theory of Heisenberg and Fermi in the following way. The transition of a heavy particle from neutron state to proton state is not always accompanied by the mission of light particles. The transition is sometimes taken up by another heavy particle."
The existence of the muon was confirmed in 1937 by J. C. Street and E. C. Stevenson's cloud chamber experiment. The discovery of the muon seemed so incongruous and surprising at the time that Nobel laureate I. I. Rabi famously quipped, "Who ordered that?"
In a 1941 experiment on Mount Washington in New Hampshire, muons were used to observe the time dilation predicted by special relativity for the first time.

Muon sources

Since the production of muons requires an available center of momentum frame energy of 105.7 MeV, neither ordinary radioactive decay events nor nuclear fission and fusion events (such as those occurring in nuclear reactors and nuclear weapons) are energetic enough to produce muons. Only nuclear fission produces single-nuclear-event energies in this range, but do not produce muons as the production of a single muon would violate the conservation of quantum numbers (see under "muon decay" below).
On Earth, most naturally occurring muons are created by cosmic rays, which consist mostly of protons, many arriving from deep space at very high energy
About 10,000 muons reach every square meter of the earth's surface a minute; these charged particles form as by-products of cosmic rays colliding with molecules in the upper atmosphere. Travelling at relativistic speeds, muons can penetrate tens of meters into rocks and other matter before attenuating as a result of absorption or deflection by other atoms.
Mark Wolverton (September 2007). "Muons for Peace: New Way to Spot Hidden Nukes Gets Ready to Debut". Scientific American 297 (3): 26–28. http://www.sciam.com/article.cfm?id=muons-for-peace. 
When a cosmic ray proton impacts atomic nuclei of air atoms in the upper atmosphere, pions are created. These decay within a relatively short distance (meters) into muons (the pion's preferred decay product), and neutrinos. The muons from these high energy cosmic rays generally continue in about the same direction as the original proton, at a very high velocity. Although their lifetime without relativistic effects would allow a half-survival distance of only about 0.66 km (660 meters) at most (as seen from Earth) the time dilation effect of special relativity (from the viewpoint of the Earth) allows cosmic ray secondary muons to survive the flight to the Earth's surface, since in the Earth frame, the muons have a longer half-life due to their velocity. From the viewpoint (inertial frame) of the muon, on the other hand, it is the length contraction effect of special relativity which allows this penetration, since in the muon frame, its lifetime is unaffected, but the distance through the atmosphere and earth appears far shorter than these distances in the Earth rest-frame. Both are equally valid ways of explaining the fast muon's unusual survival over distances.
Since muons are unusually penetrative of ordinary matter, like neutrinos, they are also detectable deep underground (700 meters at the Soudan II detector) and underwater, where they form a major part of the natural background ionizing radiation. Like cosmic rays, as noted, this secondary muon radiation is also directional.
The same nuclear reaction described above (i.e. hadron-hadron impacts to produce pion beams, which then quickly decay to muon beams over short distances) is used by particle physicists to produce muon beams, such as the beam used for the muon g − 2 experiment.

Muon decay

Muons are unstable elementary particles and are heavier than electrons and neutrinos but lighter than all other matter particles. They decay via the weak interaction. Because lepton numbers must be conserved, one of the product neutrinos of muon decay must be a muon-type neutrino and the other an electron-type antineutrino (antimuon decay produces the corresponding antiparticles, as detailed below). Because charge must be conserved, one of the products of muon decay is always an electron of the same charge as the muon (a positron if it is a positive muon). Thus all muons decay to at least an electron, and two neutrinos. Sometimes, besides these necessary products, additional other particles that have a net charge and spin of zero (i.e. a pair of photons, or an electron-positron pair), are produced.
The dominant muon decay mode (sometimes called the Michel decay after Louis Michel) is the simplest possible: the muon decays to an electron, an electron-antineutrino, and a muon-neutrino. Antimuons, in mirror fashion, most often decay to the corresponding antiparticles: a positron, an electron-neutrino, and a muon-antineutrino. In formulaic terms, these two decays are:
\mu^-\to e^- + \bar\nu_e + \nu_\mu,~~~\mu^+\to e^+ + \nu_e + \bar\nu_\mu.
The mean lifetime of the (positive) muon is 2.197 019 ± 0.000 021 μs. The equality of the muon and anti-muon lifetimes has been established to better than one part in 104.
The tree-level muon decay width is
\Gamma=\frac{G_F^2 m_\mu^5}{192\pi^3}I\left(\frac{m_e^2}{m_\mu^2}\right),
where I(x) = 1 − 8x − 12x2lnx + 8x3x4;  G_F^2 is the Fermi coupling constant.
The decay distributions of the electron in muon decays have been parameterised using the so-called Michel parameters. The values of these four parameters are predicted unambiguously in the Standard Model of particle physics, thus muon decays represent a good test of the space-time structure of the weak interaction. No deviation from the Standard Model predictions has yet been found.
Certain neutrino-less decay modes are kinematically allowed but forbidden in the Standard Model. Examples forbidden by lepton flavour conservation are
\mu^-\to e^- + \gamma and \mu^-\to e^- + e^+ + e^-.
Observation of such decay modes would constitute clear evidence for physics beyond the Standard Model (BSM). Current experimental upper limits for the branching fractions of such decay modes are in the range 10−11 to 10−12.

Muonic atoms

The muon was the first elementary particle discovered that does not appear in ordinary atoms. Negative muons can, however, form muonic atoms (also called mu-mesic atoms), by replacing an electron in ordinary atoms. Muonic hydrogen atoms are much smaller than typical hydrogen atoms because the much larger mass of the muon gives it a much smaller ground-state wavefunction than is observed for the electron. In multi-electron atoms, when only one of the electrons is replaced by a muon, the size of the atom continues to be determined by the other electrons, and the atomic size is nearly unchanged. However, in such cases the orbital of the muon continues to be smaller and far closer to the nucleus than the atomic orbitals of the electrons.
A positive muon, when stopped in ordinary matter, can also bind an electron and form an exotic atom known as muonium (Mu) atom, in which the muon acts as the nucleus. The positive muon, in this context, can be considered a pseudo-isotope of hydrogen with one ninth of the mass of the proton. Because the reduced mass of muonium, and hence its Bohr radius, is very close to that of hydrogen[clarification needed], this short-lived "atom" behaves chemically — to a first approximation — like hydrogen, deuterium and tritium